Bab 13.

Bab 13: 

"Aduh, anak ini bener-bener ngeselin, apa sih yang dia mau," gumamku sambil memandangi layar ponsel yang menampilkan percakapanku dengan dia. Dalam hati, aku kesal karena chatting kami berakhir dengan kata-kata kasar seperti "fuck u bitch". Gimana enggak kesal, dia mengakhiri komunikasi seperti itu.

Setelah melihat statusnya hanya terlihat satu centang, aku menghentikan mengetik dan memindahkan perhatianku ke chat lainnya. Aku melirik jam di sudut layar, sudah pukul 00.11 pagi, malam benar-benar sudah larut. Padahal besok adalah hari besar umat Muslim, yaitu Riyoyo. Aku harus bangun pagi. Aku merenung sejenak, apa yang sebaiknya kulakukan. Akhirnya, kuputuskan untuk menonton YouTube agar pikiranku tidak semakin terganggu. Kujalankan laptopku sambil membuka YouTube. Namun, tiba-tiba kenangan tentang dia menghampiriku.

Kenangan itu membawa aku kembali ke hari pertama kami bertemu di cafe Reuniq. Sore itu, hatiku berdebar. Aku merasa cemas, apakah penampilanku sudah cukup bagus? Apakah aku akan gagal? Kami janjian bertemu di sore hari. Sebagai seorang pria, aku harus datang tepat waktu dong masa engga. Aku berangkat dari rumah pukul 12 siang karena takut terlambat. Dan mobilku juga sangat kotor karena sering ngeluyur. Aku sempatkan mencuci mobil di daerah Rembang. Setelah selesai, aku melanjutkan perjalanan ke Reuniq. Dan akhirnya, aku sampai. Karena dia belum datang, aku memberi tahu mbak kasir bahwa aku masih menunggu orang.

Tiba-tiba, seorang wanita mengenakan kemeja putih dan kerudung putih mencari tempat duduk. Pasti dia merasa cemas juga. Saat matanya melirik ke arahku, hatiku berdegup kencang. Sungguh, dia begitu elegan, dengan kacamata yang pas di wajahnya. Kami memulai percakapan dengan basa-basi. Senyumnya begitu ramah, membuatku terpesona. Insan secantik ini, pikirku dalam hati. Setelah obrolan singkat, aku dengan polosnya bertanya tentang kacamata yang lucu itu. Topik pembicaraan kami pun berputar pada kacamata. Kami beralih ke tempat lain, tapi sebelumnya kami sholat di masjid Rembang. Aku tertawa melihat helmnya yang lucu.

Kemudian, kami pergi ke Ranu. Di sana, kami ngobrol, tapi dia asik main dengan kucing yang lucu. Dia suka banget sama kucing. Udah jam setengah 8 rumahku rumah dia jauh, Kami akhirnya berpisah, tapi sebelumnya dia menyebutkan, "Kamu tinggi juga ya," padahal dia juga tinggi sebagai seorang perempuan. Aku ingin memeluknya karena gemes banget, tapi belum bisa, belum waktunya.

Kami menjalani hubungan jarak jauh, ngobrolin segala hal hingga sekarang. Jika dunia bisa melihat kami berdua, pasti akan tertawa melihat betapa kocaknya kami. Kadang berantem, kadang sayang-sayangan. Itulah hubungan kami. Kita ibarat novel dengan banyak bab, dari yang romantis, tragis, hingga duka. Dia, maafkan aku sebagai seorang pria yang belum sempurna. Mohon maaf lahir dan batin selamat hari raya idul fitri, sayangku, cintaku, gemoyku, dia. Maafkan aku egois🫠.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bab 13."

Post a Comment

Featured Post

Bab 14

Bab 14. Belajar dari Berulang kali Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Kata-kata ini terus t...