Bab 14
Bab 14. Belajar dari Berulang kali
Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Kata-kata ini terus terucap, pertanda bahwa masih ada kasih dari Tuhan. Namun, mengapa, meskipun Tuhan memberi petunjuk berkali-kali, aku selalu menolaknya? Petunjuk Tuhan terasa begitu jelas, tapi aku terus menutup mata. Itulah kejadian yang kualami hari ini. Berkali-kali kita berdamai, tapi pada akhirnya selalu berujung pertengkaran yang tak kunjung selesai. Entah dari dirinya atau dariku.
Benar juga ya, mencari cinta yang tulus seperti mencari jarum di tumpukan sekam. Memang susah sekali. Di usiaku yang hampir menginjak kepala tiga, rasanya sudah tak ingin lagi bermain-main. Rasanya lelah. Mungkin saat ini dewi fortuna tidak berpihak padaku, hahaha. Ternyata benar kata orang-orang dahulu, bahwa mencari jodoh itu melibatkan banyak hal. Kalau semua unsur sudah terpenuhi, insyaallah kehidupan berkeluarga akan tenteram. Lebih baik mencari pasangan yang sudah dikenal latar belakangnya, dari teman atau kenalan saudara. Mengapa? Karena dua kali saya menjalin hubungan dari aplikasi kencan, saya tidak mengenal latar belakangnya, lingkungan keluarganya, teman-temannya, atau pekerjaannya. Maka, memang benar kata orang, mencari jodoh bukanlah main-main semata.
Ketika mempertimbangkan calon pasangan, memang lebih baik untuk mencari orang yang sudah dikenal baik oleh lingkungan sekitar. Teman-teman dan kenalan saudara bisa memberikan informasi yang berharga tentang kepribadian, latar belakang, dan nilai-nilai seseorang. Dengan demikian, kita bisa memastikan bahwa hubungan yang dibangun berdasarkan pengetahuan yang lebih dalam tentang satu sama lain memiliki potensi untuk bertahan dalam jangka panjang.
Pengalaman dari hubungan kedua ini sangat berharga, meskipun cinta bisa menyamarkan segalanya. Tetapi seiring berjalannya waktu, kebosanan pun akan muncul, dan rasionalitas kembali mengambil alih.
Tentunya, setiap kekecewaan dalam hubungan membawa banyak pelajaran. Di antaranya, belajar untuk lebih menghargai petunjuk yang diberikan, dan juga untuk tidak terlalu keras kepala dalam menolak kebenaran yang muncul di depan mata. Keberanian untuk menghadapi kenyataan dan belajar dari pengalaman adalah kunci untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih baik.
Mencari cinta yang tulus memang bukan perkara mudah. Seringkali, kita tergoda oleh kemungkinan-kemungkinan yang muncul di depan kita, tanpa memperhitungkan konsekuensi-konsekuensi yang akan datang. Namun, dari kekecewaan yang kita alami, kita bisa mengambil hikmah bahwa cinta sejati membutuhkan kesabaran, pengorbanan, dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan pasangan.
Dalam hati, sebenarnya aku bisa berbuat jahat, pura-pura tak tahu, dan memainkan peran layaknya di sinetron-sinetron jadul. Tapi aku kasihan pada orang yang menjalin hubungan dengannya. Entah dia dipilih oleh orang lain atau dianggap satu-satunya oleh orang lain.
Pengalaman dalam hubungan yang dilalui tidak selalu berjalan mulus, namun setiap kegagalan membawa pelajaran yang berharga. Melalui kekecewaan dan kesulitan, kita bisa belajar lebih banyak tentang diri sendiri dan tentang apa yang kita butuhkan dalam sebuah hubungan. Dengan demikian, kita menjadi lebih matang dan siap untuk menjalin hubungan yang lebih baik di masa depan.
Mengambil kesimpulan dari hubungan yang telah dilalui yang saya lalui selama setengah tahun adalah langkah penting untuk pertumbuhan pribadi. Dengan menyadari kesalahan yang telah dilakukan dan belajar dari pengalaman, kita bisa menjadi lebih bijaksana dalam menjalani hubungan di masa depan. Jadi, meskipun kekecewaan mungkin terasa menyakitkan, namun kita bisa memanfaatkannya sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih baik.
Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Kata-kata ini terus terucap, pertanda bahwa masih ada kasih dari Tuhan. Namun, mengapa, meskipun Tuhan memberi petunjuk berkali-kali, aku selalu menolaknya? Petunjuk Tuhan terasa begitu jelas, tapi aku terus menutup mata. Itulah kejadian yang kualami hari ini. Berkali-kali kita berdamai, tapi pada akhirnya selalu berujung pertengkaran yang tak kunjung selesai. Entah dari dirinya atau dariku.
Benar juga ya, mencari cinta yang tulus seperti mencari jarum di tumpukan sekam. Memang susah sekali. Di usiaku yang hampir menginjak kepala tiga, rasanya sudah tak ingin lagi bermain-main. Rasanya lelah. Mungkin saat ini dewi fortuna tidak berpihak padaku, hahaha. Ternyata benar kata orang-orang dahulu, bahwa mencari jodoh itu melibatkan banyak hal. Kalau semua unsur sudah terpenuhi, insyaallah kehidupan berkeluarga akan tenteram. Lebih baik mencari pasangan yang sudah dikenal latar belakangnya, dari teman atau kenalan saudara. Mengapa? Karena dua kali saya menjalin hubungan dari aplikasi kencan, saya tidak mengenal latar belakangnya, lingkungan keluarganya, teman-temannya, atau pekerjaannya. Maka, memang benar kata orang, mencari jodoh bukanlah main-main semata.
Ketika mempertimbangkan calon pasangan, memang lebih baik untuk mencari orang yang sudah dikenal baik oleh lingkungan sekitar. Teman-teman dan kenalan saudara bisa memberikan informasi yang berharga tentang kepribadian, latar belakang, dan nilai-nilai seseorang. Dengan demikian, kita bisa memastikan bahwa hubungan yang dibangun berdasarkan pengetahuan yang lebih dalam tentang satu sama lain memiliki potensi untuk bertahan dalam jangka panjang.
Pengalaman dari hubungan kedua ini sangat berharga, meskipun cinta bisa menyamarkan segalanya. Tetapi seiring berjalannya waktu, kebosanan pun akan muncul, dan rasionalitas kembali mengambil alih.
Tentunya, setiap kekecewaan dalam hubungan membawa banyak pelajaran. Di antaranya, belajar untuk lebih menghargai petunjuk yang diberikan, dan juga untuk tidak terlalu keras kepala dalam menolak kebenaran yang muncul di depan mata. Keberanian untuk menghadapi kenyataan dan belajar dari pengalaman adalah kunci untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih baik.
Mencari cinta yang tulus memang bukan perkara mudah. Seringkali, kita tergoda oleh kemungkinan-kemungkinan yang muncul di depan kita, tanpa memperhitungkan konsekuensi-konsekuensi yang akan datang. Namun, dari kekecewaan yang kita alami, kita bisa mengambil hikmah bahwa cinta sejati membutuhkan kesabaran, pengorbanan, dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan pasangan.
Dalam hati, sebenarnya aku bisa berbuat jahat, pura-pura tak tahu, dan memainkan peran layaknya di sinetron-sinetron jadul. Tapi aku kasihan pada orang yang menjalin hubungan dengannya. Entah dia dipilih oleh orang lain atau dianggap satu-satunya oleh orang lain.
Pengalaman dalam hubungan yang dilalui tidak selalu berjalan mulus, namun setiap kegagalan membawa pelajaran yang berharga. Melalui kekecewaan dan kesulitan, kita bisa belajar lebih banyak tentang diri sendiri dan tentang apa yang kita butuhkan dalam sebuah hubungan. Dengan demikian, kita menjadi lebih matang dan siap untuk menjalin hubungan yang lebih baik di masa depan.
Mengambil kesimpulan dari hubungan yang telah dilalui yang saya lalui selama setengah tahun adalah langkah penting untuk pertumbuhan pribadi. Dengan menyadari kesalahan yang telah dilakukan dan belajar dari pengalaman, kita bisa menjadi lebih bijaksana dalam menjalani hubungan di masa depan. Jadi, meskipun kekecewaan mungkin terasa menyakitkan, namun kita bisa memanfaatkannya sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih baik.
0 Response to "Bab 14"
Post a Comment